Menyayangi Tidak Sama dengan Memanjakan, Kenali Dampak Buruknya untuk Anak

Penulis: Habib Yasin S.Pd

SD NEGERI KEBONAGUNG, KEC. TEGALREJO, KABUPATEN MAGELANG 

Editor: Nadin Aulia


Menyayangi Tidak Sama dengan Memanjakan, Kenali Dampak Buruknya untuk Anak



Permasalahan klasik dalam dunia parenting terlebih pada orangtua muda seringkali ada pada kegagalan memahami konsep menyayangi dan memanjakan. Masih banyak orangtua yang gagal memaknai definisi menyayangi dan terjebak pada perilaku memanjakan anak. Padahal, orangtua memiliki tugas dan kewajiban untuk membentuk anak menjadi pribadi yang kuat melalui ketegasan dan kedisiplinan, dan hal ini bukan berarti Anda tidak menyayangi anak Anda. Justru Anda sedang memanifestasikan rasa sayang pada anak dengan cara yang konstruktif dan berguna bagi masa depan anak.



Sebaliknya, memanjakan anak akan membuat mental anak tidak tangguh dan memiliki ketahanan diri yang rendah, sementara tantangan hidup di depan tentu semakin berat bagi anak. Dan hal ini bisa membahayakan anak di kemudian hari jika Anda terus menerapkan pola memanjakan anak.


Sebelum masuk ke dalam tips menyayangi anak secara mendidik, ada baiknya terlebih dahulu kita mengetahui dampak buruk memanjakan anak. Seperti apa dampak buruknya?

 

1. Anak Tumbuh Menjadi Pribadi yang Egosentris

Perilaku egosentris pada anak kerap terjadi sebagai dampak dari pola asuh orangtua yang terlalu memanjakan anak. Anak cenderung mendasarkan segala sikap dan keputusannya berdasarkan hal yang menyenangkan egonya tanpa memikirkan dampak pada lingkungan sekitarnya.


2. Anak Kurang Bisa Menempatkan Diri dan Memiliki Kecenderungan Narsistik

Ketika anak tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri dan memilki jiwa kepemimpinan, tentu merupakan hal yang baik. Namun kepercayaan diri yang berlebihan hingga cenderung pada perilaku narsistik dan manipulatif tentu berbeda dengan kepercayaan diri yang sehat. Dalam kepercayaan diri yang sehat, anak akan cenderung memiliki pemahaman yang baik mengenai kemampuan diri dan batasan kemampuannya, juga memiliki keyakinan yang kuat jika yang dilakukannya memang baik dan benar. Berbanding terbalik dengan kepercayaan diri yg kurang sehat bahkan memiliki kecenderungan narsistik, anak akan cenderung manipulatif dan menghalalkan segala cara agar tujuannya tercapai. Sebab, pengalaman bawah sadarnya membuatnya mengingat bahwa segala hal di dunia ini bisa dimiliki tanpa perlu bersusah payah mengikuti aturan dan ketentuan yang berlaku.

 

3. Anak Kesulitan untuk Mandiri

Tidak pernah merasakan bersusah payah dalam mendapatkan apa yang dibutuhkan memang akan menimbulkan kenyamana bagi seorang anak. Tetapi, Anda mesti mewaspadai hal ini, agar tidak salah dalam mengungkapkan rasa sayang menjadi sikap memanjakan berlebih yang melemahkan anak di kemudian hari.

 

4. Daya Juang yang Rendah

Ketika orangtua selalu berusaha menjauhkan anak dari kesulitan hidup dan tidak membiarkannya berjuang untuk mendapatkan apa yang diinginkan, maka hal ini akan mengancam potensi daya juang anak ke depannya. Ketika anak tidak dikenalkan dengan konsep berjuang dan berusaha di masa kanak-kanaknya, tentu tidak baik. Melihat anak bersusah payah mencapai sesuatu memang akan menimbulkan rasa tidak tega di hati orangtua. Namun orangtua mesti ingat bahwa mendidik anak mengenal apa itu berjuang akan sangat membantu anak di kemudian hari ketika ia sudah dewasa dan tidak lagi sepenuhnya berada di dalam jangkauan orangtua.

 

5. Tidak Memiliki Jiwa Ksatria

Mendidik anak untuk menerima kesalaha, mengakui dan bertanggung jawab atasnya merupakan hal yang penting untuk membentuk jiwa ksatria. Ketika anak terlalu dimanjakan dan tidak diajarkan konsep tersebut, anak akan memiliki kecenderungan menyalahkan orang lain di luar dirinya, juga tumbuh sebagai seorang pengecut. Hal ini dapat mengganggu fungsi sosial anak di kemudian hari. Maka itu, ketegasan dan kejujuran adalah hal penting yang mesti diterapkan dalam pola pendidikan anak, sebagai manifestasi rasa sayang yang membangun bagi anak.

 

Lalu sikap-sikap seperti apa yang mesti ditanamkan dalam mendidik anak agar orangtua tidak terjebak dalam perilaku memanjakan secara berlebihan?

 

1. Tanamkan Nilai Kejujuran dan Ketegasan Sejak Dini

Terkadang anak merasa takut untuk bersikap jujur karena takut dihakimi, dimarahi, atau dihukum secara berlebihan oleh orangtua. Buktikan pada anak jika kejujuran adalah sebuah perilaku yang baik dengan memberikan feedback positif ketika anak sudah berusaha bersikap jujur. Dengarkan dan hargai penjelasan anak atas yang ia lakukan, dan berterima kasihlah atas kejujuran yang telah ia ungkapkan. Dengan ini, akan tertanam dalam kesadaran anak bahwa kejujuran adalah suatu hal yang baik dan akan diterima dengan baik oleh lingkungannya, sehingga anak akan cenderung memilih bersikap jujur apapun situasi yang dihadapinya.


 

2. Biarkan Anak Mengatasi Kesulitan yang Masih Bisa Ia Tangani Sendiri

Seringkali orangtua terjebak perasaan tidak tega melihat anaknya bersusah payah menyelesaikan masalahnya sendiri. Namun, orangtua wajib menyadari bahwa menyerah pada rasa tidak tega, alih-alih menjadi bentuk sayang yang membangun justru berpotensi menjerumuskan anak ke dalam lemahnya daya juang diri di kemudian hari. Maka itu, selain bersikap tegas pada anak, orangtua juga mesti memiliki kemampuan untuk tegas pada diri sendiri.


3. Ajarkan Anak untuk Bertanggung Jawab Pada Wilayah-wilayah Personalnya

Membantu anak mengerjakan tanggung jawab untuk wilayah-wilayah personalnya seperti membereskan mainan, tempat tidur, melipat pakaian dan selimut dan sebagainya memang lebih praktis agar kerapian rumah tetap terjaga. Namun orangtua mesti memahami kapan harus mulai mengajarkan kedisiplinan pada anak agar anak tumbuh menjadi pribadi yang mandiri dan mampu bertanggung jawab.

 


Mendidik anak sebenarnya tidak terpisahkan dari mendidik diri sendiri. Selain menerapkan sederet tips di atas dan belajar bersikap tegas, orangtua juga harus ingat bahwa secara natural anak akan menyerap pemahaman dari apa yang ia saksikan sehari-hari. Jadi, jika Anda ingin pola didik Anda berhasil, maka jangan lupa untuk mencontohkannya dan menerapkannya secara konsisten oleh diri Anda sendiri sebagai orangtua, ya!

Tags

#buttons=(OK! Siap.) #days=(20)

Situs web kami menggunakan cookie untuk meningkatkan pengalaman Anda. Pelajari Selengkapnya
Accept !